Setiap Lelaki Memiliki Seorang Wanita yang Dicintai, Meskipun Dia Belum Terlahir atau Bahkan Tidak Terlahir di Dalam Rahim Mimpinya

Selasa, Desember 30, 2008

Pemeriksaan Pertama Yang Menakjubkan (Lanjutan)

26 Agustus 2008

Aku dan istriku segera masuk ke ruang praktek Dr. P. Ruang praktek itu terbagi dua dengan penyekat sebuah kelambu. Satu ruang untuk konsultasi dan lainnya untuk pemeriksaan pasien. Di depan dan samping meja dokter terdapat 4 kursi berbaris rapi. Tak ada siapapun di sana. Hanya kudengar dokter dan pasiennya di ruang sebelah.Aku dan istriku duduk di kursi samping meja dokter. Mataku tak hentinya mengamati sekeliling ruang bercat putih itu. Banyak gambar dan diagram struktur tubuh wanita di sana. Tak berapa lama, Dr. P keluar dari ruang pemeriksaan bersamaan dengan pasien dan susternya. Setelah berkonsultasi sejenak, pasangan suami itu pergi meninggalkan ruang dokter. Kini giliran kami. Dr. P membuka rekam medis kami empat tahun yang lalu. Kami dulu pernah berkonsultasi ke sini untuk menanyakan kondisi mengapa sampai saat itu kami belum memiliki keturunan. Dan jawaban saat itu adalah bahwa tidak ada masalah pada kami berdua dan kemudian dokter memberi kami berdua terapi hormon. Tapi sayang, kami mengikuti program itu cuma sebulan saja dan tidak lagi melanjutkannya. Sebab aku orang yang selalu ingin mendapatkan hasil secara cepat. Padahal untuk mendapatkan keturunan, kita dituntut untuk selalu sabar dan banyak berdoa.

Setelah membaca sejenak, Dr. P pun menanyakan maksud kedatangan kami. Aku pun secara spontan menjawab bahwa kami ingin memeriksakan kandungan istriku. Dokter itu tersenyum dan mengucapkan selamat. Kemudian beliau mempersilahkan kami berdua ke ruang periksa. Di dalam sudah menunggu seorang suster dengan tubuh sedikit subur. Suster itu meminta istriku untuk berbaring di tempat tidur dan mengangkat bajunya agar dokter mudah melakukan USG. Aku sedikit canggung berdiri di samping suster itu. Kulihat sekeliling ruangan itu. Di samping tempat tidur, ada peralatan USG yang bersebelahan dengan kursi pasien. Ujung kaki tempat tidur berdiri lemari yang di atasnya ditempatkan televisi. Itu untuk membantu pasien agar dapat melihat hasil USG tanpa harus menoleh ke kanan.

Setelah menyiapkan peralatan, Dr. P mulai melakukan pemeriksaan. Diletakkannya gagang pendeteksi USG di atas perut istriku. Saat gagang digerak-gerakan, pada layar monitor belum nampak sesuatu. Yang ada hanya gambar ruangan yang gelap. Hatiku mulai deg-degan. Kok belum ada calon babynya, pikirku dalam hati. Kepanikan dan kecemasan membuat pikiranku tidak rasional. Bagaimana mungkin usia kehamilan 1 bulan sudah ada baby he… Dr. P masih menggerak-gerakkan gagang tapi apa yang dicari belum nampak.
“Kok tidak kelihatan apa-apa, Dok ?” Tanyaku tak sabar
Dr. P hanya tersenyum dan menjawab mungkin bakal janin kami masih di bawah rahim. Tapi beliau mengatakan bahwa rahim istriku sudah membesar. Itu berarti rahim itu siap menerima bakal janin kami. Aku sedikit lga mendengar jawaban itu.

Tiba-tiba Dr. P mengganti gagang pemeriksa dengan yang lebih kecil. Beliau mengatakan bahwa pemeriksaan akan dilakukan dari bawah. Sebab pada usia kehamilan 1-2 bulan, bakal janin belum naik ke dalam rahim. Setelah mengganti dengan yang lebih kecil, beliau mulai melakukan pemeriksaan.
Benar juga apa yang dikatakan, di layar tiba-tiba muncul sebuah titik sebesar biji apel. Dr, Poedjo mengatakan itulah bakal janin kami. Subhanallah, kataku lirih. Maha Besar Allah yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Itukah calon janin kami, kataku. Ukurannya masih sebesar biji apel dan ini disebut embrio. Semoga ia akan terus berkembang dan menjadi bakal manusia yang akan dikenal dan kenang dunia karena budi pekertinya, doaku dalam hati. Dan tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur pada-Nya atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan pada kami. Dan hatiku semakin tenang. Hilanglah keraguan yang ada dalam hati.




Selengkapnya...

Pemeriksaan Pertama yang Menakjubkan I

26 Agustus 2008

Malam ini aku nggak bisa tidur dengan nyenyak. Sesekali aku terjaga dan menengok jam yang tergantung di dinding kamar. Masih jam satu rupanya, pikirku. Rasanya aku ingin waktu cepat berlalu dan pagi segera datang menyongsong. Kenapa ? Sebab aku ingin istriku melakukan tes pack lagi untuk pagi hari. Ya, aku masih punya satu alat tes pack untuk dipakai di pagi hari sesudah bangun tidur. Sebab pagi hari saat terbaik untuk melakukan tes sebab saat itu hormon-hormon tubuh sudah mengendap dan terkonsentrasi. Kedua aku juga belum begitu yakin dengan keakuratan alat tes yang pertama. Ditambah saran dari kakak iparku yang mengatakan bahwa tes yang kita lakukan tadi malam kemungkinan tidak akurat sebab hormon tubuh sudah tercampur dengan makanan atau minuman yang masuk. Aku membalikkan tubuhku dan berusaha memejamkan mata tapi rasanya sulit. Pikiran ini masih tetap penasaran dengan hasil tes ini.

Pagi akhirnya datang menjelang. Kulihat istriku masih tertidur pulas di sampingku. Kupandangi wajahnya dengan penuh kelembutan. Wajah wanita yang penuh kasih sayang dan kesabaran. Rasanya tak ingin aku membangunkannya hanya untuk cepat melakukan tes itu lagi. Aku beranjak dari tempat tidur itu dan seperti biasa berolah raga ringan di halaman depan rumah. Tapi seberapa keras pun aku berolah raga, pikiran ini masih saja penasaran dengan tes ini.

Tak berapa lama, istriku bangun dari tidurnya. Aku segera menghampiri dan memberikan tes pack itu padanya. Seperti biasanya, istriku meminta aku yang melakukan tes itu. Setelah mengiyakan, ia segera pergi ke kamar mandi. Kali ini hatiku bisa sedikit tenang dibanding kemarin. Sebab setidaknya aku sudah sedikit yakin dengan hasil tes yang kami lakukan kemarin. Tak berapa lama, istriku keluar juga dari kamar mandi. Ia meletakkan wadah yang berisi air seninya di atas meja. Kini giliranku yang harus melakukan tes itu. Kubuka bungkus tes pack dan kuambil batang tes itu. Setelah menarik nafas panjang, aku mulai mencelupkan batang tes ke dalam wadah. Dengan sedikit gemetar kucelupkan batang itu sesuai petunjuk yang ada. Setelah menunggu sekitar 10 detik, alat itu mulai bekerja. Kulihat cairan mulai merambat naik secara cepat. Dibanding tes yang kami lakukan kemarin malam, tampaknya proses pagi ini berjalan begitu cepat. Mungkin benar kata orang, bahwa di pagi hari adalah saat yang tepat sebab hormon sudah terkonsentrasi. Tak lama kemudian muncul strip merah yang pertama. Hatiku yang semula tenang mulai berdetak. Dan detak itu mulai bertambah saat cairan mulai menuju ke strip merah berikutnya. Dan hatiku mulai plong saat strip merah yang kutunggu akhirnya muncul juga. Alhamdullilah, ucapku dalam hati. Hatiku semakin mantap setelah melihat hasil tes kedua ini. Dan kulihat ada kebahagian di wajah istriku.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 sore saat aku tiba dari kantor. Hari ini aku berencana untuk membawa istriku ke dokter kandungan untuk memastikan usia dan kondisi kehamilannya. Sebelumnya ibu mertuaku menyarankan agar kami melakukan konsultasi ke rumah sakit bersalin terdekat di rumah kami. Tetapi setelah kupikir-pikir, akhirnya aku memutuskan untuk membawa istriku ke dokter spesialis kandungan. Namanya Dr. P, salah satu dokter spesialis yang terkenal di Surabaya. Biayanya memang agak mahal dibandingkan dokter spesialis lainnya. Tapi aku hanya ingin memastikan bahwa istriku mendapat perawatan dan pengawasan dari yang terbaik. Meski biayanya agak mahal, tetapi aku merasa ini sudah seimbang dengan waktu penantian kami yang panjang. Lima tahun bukanlah waktu yang pendek untuk menguji kesabaran kami.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.50, saat kami sudah tiba di tempat praktek Dr. P di daerah komplek perumahan Dharmahusada. Kulihat pasien memang belum banyak yang datang. Biasanya pasien datang setelah mendekati nomor antrian mereka. Sayangnya kemarin aku lupa menelepon untuk mendaftar ke bagian penerimaan. Aku sudah yakin akan mendapat nomor antrian buncit, tapi aku berharap pegawai penerimaan mempunyai kebijaksaan untuk menyisipkan pasien yang datang dulu meski nomor yang didapat puluhan. Benar juga, aku dan istriku mendapat nomor 122. Andai pelayanan untuk satu pasien membutuhkan min 5 menit maka untuk 120 pasien akan dibutuhkan waktu 600 menit. Ini setara dengan 10 jam. Wuih… aku tak bisa membayangkan jam berapa kami baru akan dilayani. Subuh kali he….

Aku dan istriku segera duduk di ruang tunggu. Kulihat ada sekitar 5 pasien ibu-ibu hamil. Mereka rata-rata ditemani oleh suami mereka masing-masing. Para suami-suami itu cukup setia untuk menemani istri mereka. Wajah mereka terpancar kabahagian sama dengan diriku. Ternyata aku sadar bahwa kehadiran anak dapat kembali mempererat kebersamaan pasangan suami istri kembali. Anak bisa mempersatukan perbedaan antara suami dan istri. Tak berapa lama menunggu, tak terasa nama istriku dipanggil. Benar dugaanku bahwa suster memiliki kebijaksaan tersendiri. Dan aku mendukung itu. Sebenarnya aku tidak setuju dengan penerimaan pasien model daftar per-telepon. Sebab bagaimana dengan pasien yang datang terlebih dulu yang tidak tahu mekanisme yang berlaku. Aku lebih setuju dengan First Come, First Serve dengan pengecualian. (BERSAMBUNG)




Selengkapnya...

Jumat, Desember 26, 2008

Berkah di Ambang Ramadhan II

25 Agustus 2008

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, saat aku sudah selesai makan malam. Seperti biasa, aku dan istriku duduk santai di ruang tamu sambil menikmati sore hari. Biasanya saat seperti ini kami selalu bercerita tentang hari-hari yang telah kita lewati sambil menikmati acara televisi.Tapi seperti biasanya aku yang lebih banyak bercerita tentang kegiatan dan pekerjaan di kantor. Istriku adalah seorang yang sangat pendiam. Ia lebih suka menjadi pendengar yang baik dibanding harus bercerita. Hari ini sengaja tak kunyalakan televisi sebab acara bagus di televisi pun takkan mampu mengalihkan pikiranku dari rasa keingintahuanku yang semakin besar.
“An..”
Begitulah aku biasa memanggil nama istriku. Sejak pertama pacaran pun aku selalu memanggilnya dengan nama depannya saja. Aku bukan type orang yang romantis yang selalu memanggil nama kekasihnya dengan panggilan yang manis dan mesra. Tapi sejak kehamilan ini aku sudah berkeinginan untuk memanggilnya dengan sebutan “Dik” sebelum melangkah ke sebutan yang lebih mesra “Mama”

Aku pun menanyakan kepada istriku kepastian berapa hari ia sudah terlambat kedatangan tamu rutinnya. Istriku memastikan bahwa ia sudah terlambat lebih dari 10 hari terhitung sejak haid terakhirnya. Lega juga aku mendengar jawaban itu. Tanpa sepengetahuan istriku, akupun segera pergi ke apotek utnuk membeli alat tes kehamilan atau test pack. Karena rasa keingintahuanku yang begitu besar, akupun membeli dua type produk test pack. Satu yang memiliki tingkat kepekaan mendeteksi hormon HCG hingga 10% sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu. Kebetulan aku ingin segera mengetahui hasilnya malam ini juga. Dan kedua test pack yang hanya bisa digunakan pagi hari sesudah bangun dari tidur. Ini karena tingkat kepekaan alatnya dalam mendeteksi jika kandungan hormon HCG lebih dari 25%. Setelah membeli alat tersebut aku pun segera pulang ke rumah.

Aku pun telah sampai di rumah dan menyuruh istriku untuk melakukan tes. Sayang istriku belum ingin ke belakang. Rasa penasaran karena ingin segera melihat hasil tes akhirnya dengan sedikit memaksa aku meminta istriku untuk minum air sebanyak-banyaknya agar bisa ia bisa “kebelet” ke belakang. Tak berapa lama, istriku akhirnya “kebelet pipis” juga. Bukannya mau melakukan tes, dia malah menanyakan cara melakukan tes kehamilan itu padaku. Sebenarnya aku bisa memahami keluguan istriku ini. Karena gugup ia takut salah sehingga apa yang kita inginkan tidak tercapai. Tapi sebagai suami aku pun tidak mengetahui caranya. Agar tidak terlalu lama, akhirnya aku meminta istriku agar menampung air seninya di gelas dan aku yang akan melakukan tesnya. Istriku setuju saja. Tak berapa lama, istriku sudah keluar dari kamar mandi dan menyuruh aku untuk melakukan tes itu. Hati ini rasanya berdebar-debar juga meski aku sudah membaca petunjuknya berulang kali. Aku mulai mencelupkan test pack itu kedalam wadah yang ada sedalam batas garis sesuai petunjuk. Detik-detik terasa berlalu begitu lama. Jantung pun mulai berdegup. Keringat dingin mulai keluar butir demi butir. Tanganku terasa bergetar memegang alat tes itu. Setelah menunggu 10 detik, alat test pack mulai bekerja. Cairan mulai merambat naik perlahan-lahan. Dan keluarlah garis merah yang pertama. Hatiku makin berdegup kencang menunggu munculnya garis merah berikutnya. Sebab sesuai petunjuk yang ada, jika dua garis merah yang muncul berarti positif hamil. Jika hanya satu maka masa menunggu semakin panjang. Tak berapa lama, akhirnya munculah garis merah yang kedua. Degup kencang dihatiku mulai berkurang. Keringat mulai berhenti. Aku bergegas membawa tes pack itu keluar dan mencari kertas petunjuknya. Sebab aku ingin benar-benar memastikan bahwa hasil tesnya benar. Sementara istriku mengikutiku di belakang. Ia sudah bilang bahwa hasil tes itu benar. Tetapi aku sedikit sangsi, meski muncul dua strip merah tapi jarak stripnya berjauhan. Sementara sesuai gambar pada kertas petunjuk, dua stripnya berdekatan. Aku pun membolak-balik kertas itu dan membacanya berulang kali. Dan setelah cukup tenang, aku pun mulai yakin bahwa hasil tes ini benar. Segera aku bersujud sebagai ungkapan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang begitu bsar untuk kami. Tak lupa kucium istriku atas cinta dan kesabaran.

Selengkapnya...

Sabtu, Desember 20, 2008

Berkah di Ambang Ramadhan I

  25 Agustus 2008

Kalau hitunganku benar, ini hari ke-10 istriku sudah terlambat “tamu bulanannya”. Begitulah, hari ini aku masih sibuk dengan jari jemariku menghitung periode tamu bulanan istriku. Aku pikir ini wajar, sebab sudah lebih dari 5 tahun sejak janji suci kami ucapkan di depan keluarga dan handai taulan, kami belum juga mendapatkan tanda-tanda akan kehadiran buah cinta kami berdua

Setiap bulan, memasuki periode datang bulannya istriku, hatiku selalu cemas. Tanpa sepengetahuan istriku, aku selalu menghitung sudah berapa harikah istriku terlambat sejak datang bulan terakhirnya. Mengapa aku tak bertanya lansung padanya ? Sebab aku tak mau menambah beban pikiran istriku. Kecemasan dan kegagalan menjadi istri yang bisa memberi keturunan pada suaminya pasti akan membuat dirinya putus asa. Dan kecemasan ini justru makin memperburuk kondisi psikologis kami.

Pada tahun pertama, mungkin kami masih bisa bersantai dan menganggap bahwa Allah SWT memberi kesempatan yang panjang bagi kami untuk menikmati indahnya bulan madu. Tapi memasuki tahun ketiga dan seterusnya, kecemasan mulai mnghinggapi kami berdua. Keluarga pun mulai bertanya tentang belum munculnya tanda-tanda kehamilan pada istriku. Meski cemas kami selalu menanggapinya dengan santai dan kadang diselingi dengan guyonan khas.
“Ya…kami masih ingin bulan madu terus.”

Memasuki tahun ketiga kami mulai mencari jalan sendiri. Kami pun mulai melakukan pemeriksan agar dapat diketahui sumber penyebabnya. Tak hanya istriku tetapi aku sebagai suami bertanggung jawab untuk mengikuti pemeriksaan agar bisa diketahui penyebabnya. Dan hasil pun kami sehat-sehat saja. Mungkin karena kami berdua adalah seorang pekerja yang mungkin menyebabkan kelelahan dan gangguan pada fisik dan pikiran kami. Dan pada tahun ketiga ini jugalah istriku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan. Dia berkeinginan untuk lelih berkosentrasi pada usaha kami untuk bisa mendapatkan momongan. Sebenarnya berat juga bagiku untuk menyetujui keputusan istriku tersebut. Bukan karena aku takut tak mampu menghidupi keluargaku dari gaji yang kuterima setiap bulannya. Tetapi aku sebelumnya telah memiliki rencana agar disaat kita masih belum dikarunia keturunan, aku ingin kita mengumpulkan banyak uang hingga pada saat istriku hamil, aku akan memintanya mundur dari pekerjaannya. Tetapi dengan cepatnya keputusan yang diambil sekarang, akhirnya aku pun menyetujuinya. Rasanya benar kata istriku, buat apa kita mengumpulkan banyak harta jika tak ada anak yang akan menikmati hasil kerja kita.

Sudah banyak jalan yang kita lalui. Dari yang jalur medis melalui dokter spesialis andrologi, pengobatan alternatif melalui ramuan tradisional hingga sebuah tradisi yang menyebutkan agar menyebar biji jagung di Mekkah sudah pernah kami coba. Hingga guru mengajiku setiap minggu yang baru pulang dari ibadah haji. Beliau membawakan kurma muda kering untuk dibuat juice agar bisa kami minum setiap hari selama satu minggu. Dan apa yang kami harapkan, semuanya belum memberikan hasil. Sengaja aku katakan “belum” sebab aku percaya Allah SWT Maha Pemurah dan Pengasih. Jika Dia menghendaki maka semua bisa terwujud. Kami selalu menganggap ini sebagai cobaan dari-Nya untuk menguji ketulusan dan ketabahan dari cinta kita berdua. Apakah cobaan ini bisa semakin mengukuhkan cinta kita atau justru bahtera ini retak di tengah gelombang. Tak henti-hentinya kami berdoa dan berusaha. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang kadang dihinggapi rasa putus asa. Setelah beberapa kami mencoba terapi dari dokter dan belum membuahkan hasil membuat aku pun putus asa. Aku tak lagi mau mengikuti terapi. Buat apa aku melakukannya jika hasilnya tak sesimbang dengan uang yang sudah kuhabiskan. Istriku menyadari keputusasaan diriku. Memang istriku seorang yang pendiam. Dia tidak mau menanyakan perubahan sikapku. Sebagai istri dia hanya berdoa dan memohon petunjuk pada-Nya. Hingga suatu saat jalan pun ditunjukkan pada kami. Melalui seorang sepupu istriku yang rumahnya kebetulan dekat dengan kami, disarankan agar istriku meminum susu produk yang khusus merencanakan kehamilan. Kebetulan ia adalah seorang pegawai di sebuah departemen store terkemuka. Beberapa teman kantornya sudah mencoba dan semuanya berhasil. Tak ada salahnya mencoba pikir istriku. Akhirnya ia pun mencoba mengikuti kata-kata saudara kami.

Istriku baru menghabiskan 2 karton susu ukuran 200 gram atau bulan sejak ia diberitahu sepupunya tersebut. Dan hari ini tepat 10 hari istriku terlambat sejak datang bulan terakhirnya. Hati ini bercampur aduk perasaan antara gembira, takut dan cemas. Gembira karena ada harapan bahwa istriku hamil. Takut karena ini hanya berdasarkan hitunganku aja dan cemas ketika tiba-tiba datang bulannya datang. Sementara aku lihat istriku tampak tenang aja. Mungkin dalam hatinya ia berpikiran seperti aku juga. (BERSAMBUNG)

Selengkapnya...

Kamis, November 20, 2008

TANGISAN DALAM TERIAKAN

Permaisuri melayang berenang dalam samudra angkasa luas. Membelah langit biru, menyibak tirai awan putih yang halus dan lembut. Perjalanan ini aku lalui bersamamu beriring untaian lembut kasih sayang. Tetapi yang terjadi kini, segalanya menjadi sirna. Tertimbun awan hitam. Engkau mengatakan bahwa akulah permaisurimu yang berjalan beriringan dengan denyut nafasmu, berlari dalam gelombang riak jantungmu, berjalan mengalir dalam aliran darahmu. Ternyata hanyalah bayangan yang telah menjadi maya fatamorgana. Tiada lagi keindahan yang tertanam untuk terbit di pagi hari, lembut dimalam hari. Sirna semua menjadi sirna dan telah sirna.

Kini yang aku dapatkan hanyalah kekosongan hampa yang terasa mengisi. Aku tidaklah menjadi wanita dalam singgasanamu. Permaisuri dalam mimpimu. Penari pengiring gamelan langkah nadamu. Tetesan embun dalam taman bungamu. Udara pagi penggugah gerak langkah daun pepohonan.

Tetapi kenapa engkau tetap dengan tegar, berdiri di atas karang yang kokoh berkata dengan suara lantang menantang datangnya badai. Hanya akulah wanita dan permaisuri bagi dirimu, yang selalu menghiasi indahnya taman dengan untaian bunga – bunga mekar berseri, kepakkan kupu – kupu bergaun warna – warni, gemerincingnya sungai dialiri beningnya air. Berdiri kedinginan menggigil berselimut air hujan dan hawa dingin. Berpanas dengan keringat kering menguap di bawah payung sinar perkasa mentari.

Engkau kembali berkata, hanya akulah pena lembut yang menulisi lembaran – lembaran kertas putih hatimu. Hanya akulah yang dapat melukiskan dengan tinta warna – warni kegundahan dan kegelisahan hatimu. Hanya akulah yang dapat memadamkan dan mendinginkan bara api kemarahan dengan pelukkan tetes embun pagi. Hanya akulah yang dapat menghangatkan dinginnya hatimu, dengan belaian sayap – sayap kasih. Dan tiada lain yang tak habis dilukiskan untaian kata – kata indah pengisi perjalanan hidupmu dan tiada yang dapat untuk tergantikan dengan diriku.

Tetapi kenapa yang aku lihat dari suaramu kini, tergenggam ditanganmu terhunus sebilah mata pedang berkilau di depan mataku.

Tees’09’06

Selengkapnya...

Kamis, November 06, 2008

IMPIAN YANG TERGAPAI



Senyummu tetaplah senyuman istana mimpiku

Engkau tidaklah perlu lagi untuk selalu bertanya
Engkau tidaklah perlu lagi berada dipersimpangan untuk bertanya
Karena engkau sekarang telah menemukan jawaban atas semua yang engkau tanya

Engkau mulai kurang berbincang akrab dengan Sang Putri Malam Yang Bergaun Beludru Hitam
Yang selalu setia menyelimutimu dengan tiupan dan hembusan angin malam
Dan mengiringi langkahmu dengan nyanyian tembang syahdu di dalam mengarungi gelapnya malam

Berbagai pertanyaan telah terjawab yang selama ini mengkristal dalam pkiranmu
Impianmu yang melayang berlari-lari riang dalam ruang anganmu kembali ke dalam jiwamu
Raihlah dan peluklah dia dengan kuat dalam sayap- sayap dekapanmu

Dekaplah dan peluklah kedalam kehangatan jiwamu
Rasakanlah kehangatan itu dan janganlah engkau lepaskan dari tangan-tangan jiwamu
Karena inilah ranumnya dari buah yang terpetik dari tanamanmu
Hingga mengantarkanmu menuju pesanggrahan Istana Impianmu

Engkau tidaklah lagi sendirian di dalam bahtera sewaktu mengarungi samudra waktu harimu
Belaian jiwamu dengan kasih sayangnya setia menemanimu
Berjalan dan melayang bersama didalam gelombang penderitaan dan kebahagian mimpimu
Bersamanya untuk mencapai tujuan kepulau Istana Mimpimu

Penderitaan, kesedihan, tangisan dan air mata yang bercucuran
Merupakan alunan nada-nada merdu dari sebuah lagu kebahagian
Membawamu menyelam dan mereguk nikmatnya samudra ketenangan dan kebahagiaan

Pagimu kini cerah, secerah sinar hatimu ditatapan mentari
Embunpun yang bergaun sutera bening tertarik untuk bernyanyi
Berwajah segar, berbaris rapi, melambaikan sambutan kepadamu yang berseri

Engkau yang kini tidak lagi sendirian menapaki dalamnya samudra kehidupan waktu
Bersamanya menatap pergolakkan dan gelombang yang datang tak kenal waktu
Kesedihan dan kegembiraan adalah dua untai alunan nada kehidupanmu
Terkadang hanya satu yang menyambut, tetapi lebih sering keduanya datang menyambutmu

Sambutlah dia dengan luasnya hamparan padang hatimu
Sambutlah dia dengan juluran terbuka kedua belah tanganmu
Sambutlah dengan untaian kata mutiara indah dari suara gemanya gua terdalam hatimu
Sambutlah dia dengan ucapan telah dan selalu aku ada menerima arti kehadiranmu

Dekaplah dia dengan erat serta erat seakan engkau tidak ingin dia meninggalkanmu
Bersama selalu untuk bersama sekarang, besok, lusa, akan datang dan selamanya untukmu


Kepada yang tergapai mimpinya

Tees’06’05


Selengkapnya...

Minggu, November 02, 2008

Puisi Perjalanan I


Dinda
Ingatkah Engkau, hari ini setahun yang lalu ?
Saat sebait kata
Menyatukan kita dalam sebuah ikatan suci penuh makna

Tak terasa memang
Meski riak ombak terkadang menghantam
Ternyata kita cukup tegar
Menghadapi langkah awal sebuah perjalanan
Tuk membawa biduk ini
Mengarungi derasnya laut kehidupan
Menuju cita-cita cinta kita

Apakah Engkau Bahagia, Dinda ?
Sebahagia Rama mendapatkan Sintanya kembali
Sebahagia Mentari bertemu fajar pagi
Sebahagia Bulan ditemani kelipnya bintang
Sebahagia diriku mendapatkan kembali rusuk yang telah lama hilang


Sajak hati untuk memperingati Setahun Perjalanan Menuju Harapan Cinta
Surabaya, 26 Juli 2004

dyk

Selengkapnya...

Senin, Oktober 13, 2008

Bijaksana dalam Hidup



Maka bijaksanalah pada hidup
Hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita

Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan
Di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan
Di saat jatuh, selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali
Dan dalam kondisi terburukpun, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita ... Selengkapnya...

Jumat, September 19, 2008

ANTARA AKU, SEBERANG DAN ENGKAU



Aku pun telah sampai kini tahu, bahwasanya aku takkan pernah bisa menyentuh yang selama ini selalu menemani aku dengan setia di dalam menyelami dan beterbangan di ruang dalam mimpiku. Bayang – bayang terindah penghuni istana mimpiku akan tetap menjadi bayangan cermin indah dan tenang diraba.

Aku yang disini hanyalah menatap indahnya serta cerahnya sinar mentari pagi dengan suara – suara sinarnya yang mengepak membangunkan semua penghuni alam kehidupan untuk memulai perjalanan mengisi lembaran kehidupan buku harian hidupnya. Itu menjadi teman sebagai pengganti dirimu di seberang sana. Apakah aku yang terlalu bersemangat dan menggebu untuk mengisi palung yang dalam di sini dengan kehadiranmu yang hanya, dan hanya mungkin dilalui dengan gambaran lukisan indah yang tetap diam dan tidak pernah untuk bisa bergerak.

Akankah ini akan selamanya terjadi seperti ini. Aku tidak pernah tahu akan menjawabnya, karena aku tak tahu yang harus dijawab oleh diriku ini. Dan malam ini seperti malam yang sesudahnya akan mengalami cerita yang sudah – sudah terjadi. Malam yang aku lalui dengan menatap dalam pandangan mata ini kepada lukisan yang menggurat dengan jelasnya akan keindahan dari senyummu. Senyuman yang hanya mengisi ruang waktu menunggu datangnya waktu menuju singgasana istana mimpi. Dengan ditemani oleh permaisuri malam yang bergaun beludru hitam dengan pernik – pernik kemilau mutu manikam bintang bersinar, aku bertanya kepadanya,

“Apakah aku lalui malam – malam ini untuk selanjutnya dengan cerita – cerita yang sudah pernah untuk diterbitkan.”

Sang permaisuri tetap diam. Diam seperti tak melihatku ada di depannya, serta dengan sedikit senyuman, dia tersenyum kepadaku seakan memberi jawaban. Tetapi setelah sekian lama aku menunggu, dia tetap diam tanpa ada jawaban. Mungkinkah dia tahu akan jawaban itu, karena jawaban yang sesungguhnya ada pada diriku sendiri.

Aku yang tak sanggup untuk menyisakan sedikit ruangan di dalam istana mimpiku agar melupakan ini, hingga membentangkan jalan panjang bagiku segera dilalui. Kenapa ini menjadi bagian dari perjalanan diriku atau karena aku yang terlalu sangat mengharapkan tetesan embun di ruangan gurun yang panas. Menghirup nikmatnya air hujan di musim kemarau panjang yang menyengat. Semua ini menjadi bayangan mata fatamorgana. Aku bertanya entah ada jawabannya. Apakah engkau merasakan apa yang terjadi padaku. Atau hanya aku saja yang merasakan dan gelombang – gelombang dahsyat menggelora ini tak tersampaikan pada engkau karena perjalanannya terhalang oleh benteng raksasa yang membentang timur ke barat.

Dentang waktu telah berjalan dari duduknya untuk beranjak menuju bagi penghuni kehidupan untuk melepaskan perbekalan dan beban – beban yang dibawanya dalam mengarungi perjalanan hari. Ditaruh bagi bekal perjalanan esok selanjutnya, menuju kedalam singgasana istana mimpinya masing – masing. Menenun serta merajut rangkaian – rangkaian anyaman cita, angan segala mimpi indah bagi penghias istana mimpinya disebelah seberang. Sang permaisuri malam telah pergi beranjak menuju peraduannya diiringi langkah – langkah lembut sang dewi malam dengan gemulaian gaun malamnya. Sang dewi memulai tugasnya dengan hembusan nafasnya menyejukkan membelai serta menyanyikan lagu – lagu malam dengan lembut bagi penghuni – penghuni yang bergegas segera menuju istana mimpinya dengan pekerjaan masing – masing. Tetapi aku tidaklah ikut di dalam rombongan itu, aku tetap tertinggal disini menatap dan merangkai citaku sendiri, bercanda dan bercakap – cakap dengan engkau membicarakan hal – hal yang bisa kita lakukan bersama dalam berjalan mengarungi ganasnya dan indahnya jalan ini.

Tak terasa malam semakin tertunduk serta menyelimuti dirinya dengan selimut tebalnya yang berwarna hitam, membiarkan diriku duduk sendiri tetapi dia memanggil teman kesepiannya untuk menemani diriku yang betah terpaku menjemput datang sang fajar. Kembali aku melanjutkan bercerita dan bercakap – cakap denganmu yang ditemani sang kesepian yang setia mendampingiku, membicarakan kisah – kisah yang selalu tak ada habisnya untuk digali dan digali. Engkau yang memperhatikan dengan seraut wajah ayu terkadang menampakkan wajah tegangmu yang makin kelihatan cantik sempurna bulan purnama penuh dan suatu saat terkesan cerita lucu yang menampakkan senyum lesung pipitmu yang menambah akan kecantikkan lekuk – lekuk lukisan pahatan kuno. Seakan tak terhalang oleh benteng air yang membentang luas sebagai jarak pemisah. Aku pun terus bercerita dan engkau terus memperhatikkan dengan penuh wajah keseriusan dan diselingi dengan tawa kecil karena takut mengganggu penghuni yang terlelap merangkai mimpi indah.

Cerita yang keluar dari suaraku ternyata sangatlah panjang dan jaraknya telah mencapai perjalanan waktu yang diiringi sambutan suara – suara Illahi agar orang untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat dalam beribadah. Aku rasanya belum selesai untuk bercerita dengan engkau dan berat untuk tidak menggali lagi cerita yang seakan tidak tertutup sumbernya. Tetapi karena adanya rentang waktu yang berbeda aku tidak dapat melanjutkan, karena aku harus merangkai dan menganyam cita dan merajut mimpi indah demikian dengan engkau yang juga merajut mimpi indah. Sang penguasa siang mulai beranjak dari tidurnya dan berangkat menuju kursi singgasananya yang diiringi dengan nyanyian suara daun – daun meliuk melambai gemerisik, tarian kicau burung – burung bersenandung dan berbaris rapi. Gemulaian lembut ranting – ranting pepohonan bergaun lembut dan bening embun malam menetes. Sayap – sayap perkasa sinar yang membentang yang menunjukkan bahwa inilah waktunya untuk berkuasa. Begitu pula dengan diriku yang harus bersiap dan bergegas bangkit menyonsong mimpiku yang diterangi sinar mentari penunjuknya dan engkau penuntunnya.

Tetapi akankah cerita – cerita yang mengalir dan berjalan tak lelah ini akan tercipta dan terjadi? Aku tak tahu. Aku tetap akan menjalankan cerita yang mengisahkan tentang aku dan engkau. Cerita yang tetap akan hidup, berjalan untuk menyusuri sudut – sudut ruang, menerangi ruangan ruang istana mimpiku meski tetap terhalang benteng air raksasa. Biarlah dia terbang menari gembira dengan membawa cerita ini dipangkuan awan putih mengangkasa terbawa hembusan angin dan menyeberangi benteng air samudra menuju ke seberang keperaduanmu. Terimalah dia dengan senyummu, terimalah dia dengan keterbukaan kedua belaian tanganmu yang lembut serta ketulusan. Simpanlah dan bawalah dia di bawah naungan selimut hangatmu hingga dia ikut mengantar dan menjagamu menuju kedalam istana mimpimu, menemani, memayungi, mendekapmu didalam sayap – sayap hangat lembutnya dengan sentuh belaian ke helai rambutmu. Biarkan dia sampai meniupkan tiupan suara lembut nyanyian senandung udara malam menuju kedua belah matamu mengiringi untuk mengantar menutup dengan langkah halus dan berucap,

"Selamat malam, dia disana selalu menanti akan kehadiranmu, biarkan dia terlahir sendiri di dalam impiannya, dengan iringan langkah nafasmu."

Tulisan – tulisan cerita ini akan tetap kutulis sebagai teman diriku. Teman malamku yang setia untuk kubercerita. Teman pendampingku bagi engkau di seberang. Biarlah kisah ini tetap ada disini, sebagai lembaran berserakkan di lantai alas kaki – kaki hatiku. Biarlah cerita ini menjadi kisah aku dengan engkau di seberang yang tak akan pernah, atau hanya menjadi cerita dari lukisan antara aku dan engkau sebagai penghias ruang mimpiku. Teman lukisan cerita pendamping malam – malamku berselimut dingin.

Tees’03’07


Selengkapnya...

Seraut Wajah Mimpi



Engkau hanyalah tampak membawa sebuah keributan
Engkau hanyalah tampak membawa keramaian
Dan engkau yang tampak hanya membawa sebuah kebisingan

Tetapi tanpa adanya kehadiranmu disini
Dan engkau tidak menampakkan akan arti wajahmu disini
Yang tampak terasa adanya sesuatu yang hilang kini

Yang tampak hanya sebuah kesunyian
Yang tampak terpancar hanyalah sebuah lukisan kesenyapan
Yang terbias hanyalah lukisan – lukisan suasana keheningan

Yang terlihat hanyalah wajah – wajah tegang merona
Tiada lukisan – lukisan ceria yang mempesona
Hanyalah ketegangan dan kekakuan suasana yang terasa

Engkau memang tampak seperti gadis kecil yang bermain dengan ceria
Ketika mendapatkan boneka yang diinginkannya tercapai
Hanya kecerian dan kegembiraan yang selalu ada
Seakan tiada ruang kesedihan dan keburaman yang menggapai

Hanya keinginan untuk selalu mengganggu yang ada
Menggoda, mengumbar kata yang mengusik perasaan yang terasa
Hanyalah keinginan membuatmu kelihatan merah
Dan menampakkan wajah merah merona

Tetapi itu hanyalah kiasan saja yang tampak di mata
Tanpa adanya perasaan untuk membuatmu memendam derita
Hanyalah dari rasa sebagian persahabatan dan kekerabatan yang ada
Karena tanpamu tiada lagi rasa untuk ruang gembira

Engkau bagaikan sinar mentari yang membakar
Yang menguapkan dan mengeringkan cairanyang ada
Hanya makian dan ucapan dari mulut yang berkobar
Hingga sinarmu padam dan sirna

Tetapi ketika sinarmu tiada bersinar
Dan kelembaban dan dingin dating mengganti
Terasa kini rasa dingin dan kebekuan datang menjalar
Kini terasa arti dari sinarmu yang dirindukan untung datang mengganti

Seperti juga engkau yang seakan membawa segunung kejengkelan hati
Tetapi ketika tiadanya engkau disini
Hanyalah kehampaan, kesunyian, kesenyapan yang datang mengganti

Tetaplah kau untuk selalu ada disini
Agar kehidupan ruang ini tidak hampa mengisi
Biarlah engkau mengisi ruang ini dengan tawa dan teriakan
Karena itulah tarian ceria dari suara yang dirindukan

Apapun yang terjadi, engkau tetaplah seraut wajah ayu yang membawa untaian bunga mawar
Yang indah untuk dilihat, dirasakan jiwa, diucapkan kata penyejuk hati
Tetapi membawa derita, ketika durimu yang tajam mencakar
Dan inilah sebenarnya suatu keindahan yang sejati

Biarlah engkau seperti mentari yang panas menyengat dunia
Yang dibutuhkan takkala tiada bersinar ketika dingin datang terasa
Tetaplah engkau menjadi dirimu yang ada
Karena itu yang diinginkan darimu seorang wanita yang bernama


Kupersembahkan untuk yang kusakiti dan kurindukan kehadirannya

Tees’05

Selengkapnya...

INDAHMU MENJADI PENGHIAS MIMPIKU



Tersenyumlah yhayhankku yang terindah didalam tidurmu

Semua ini adalah yang kucari
Yang kudambakan, kuharapkan kehadiranmu
Meskipun datang yang melalui bayangan
Bayangan yang melintas di dalam bayanganku

Semuanya melintasiku dan aku menatap
Tatapanku yang tertuju dan menusuk
Namun tetap hanya bayangan yang sampai
Mengendap untuk menjadi kristal

Keindahan yang datang menimbulkan kata
Semua hanya kata-kata silih berganti
Harum parfum menyentuh jiwa
Menggelorakan hingga akhirnya menghanyutkan
Semua bayangan menghancurkan,
Menembus istana mimpi yang kubangun

Dengan kekuatan gelora aku mendobrak
Tetapi kekuatan itu tak pernah bisa muncul
Kucoba dan kucoba tetapi semua sia terjadi

Aku mencoba bicara
Hanyalah gemertak timbul tanpa kata arti
Terasa beban yang teramat berat
Menggantung dan membebani
Mungkinkah ada yang lain yang sanggup menembus
Setitik cahaya rasa yang dan meringankan

Tetapi dimana ???
Mungkinkah ada celah meskipun jauh
Hingga dia sedikit terbuka untuk diriku
Diriku yang teramat membutuhkan sinar cahaya itu

Biarlah sinar itu jatuh meski bukan diriku
Aku memang tak sanggup untuk menerima
Terlalu indah dirimu bagiku, indahnya mimpi
Aku tak mampu menerima ….
Aku tak memiliki kesanggupan ….
Aku tak mampu mengungkapkan ‘tuk bicara ….

Biarlah bicara hatiku yang berbicara
Bersuara dengan kiasan dan puisi
Puisi-puisi kesejukkan

Begitulah berat yang terasa
Begitulah berat yang berbicara
Begitulah berat yang tak terungkap
Hingga begitulah berat yang tak mampu

Begitu indahnya dirimu bagiku
Hingga tak ada yang tersisa
Karena terlalu indahnya dirimu bagiku
Keindahan yang menembus dan berbicara
Dalam tidurnya pengisi hatiku
Yang selalu mengucapkan selamat malam

Tees’08’06


"Yhayhankku yang tertidur dan masih tertidur, selamat
tidur sampai waktu nanti"


Selengkapnya...