Setiap Lelaki Memiliki Seorang Wanita yang Dicintai, Meskipun Dia Belum Terlahir atau Bahkan Tidak Terlahir di Dalam Rahim Mimpinya

Kamis, November 20, 2008

TANGISAN DALAM TERIAKAN

Permaisuri melayang berenang dalam samudra angkasa luas. Membelah langit biru, menyibak tirai awan putih yang halus dan lembut. Perjalanan ini aku lalui bersamamu beriring untaian lembut kasih sayang. Tetapi yang terjadi kini, segalanya menjadi sirna. Tertimbun awan hitam. Engkau mengatakan bahwa akulah permaisurimu yang berjalan beriringan dengan denyut nafasmu, berlari dalam gelombang riak jantungmu, berjalan mengalir dalam aliran darahmu. Ternyata hanyalah bayangan yang telah menjadi maya fatamorgana. Tiada lagi keindahan yang tertanam untuk terbit di pagi hari, lembut dimalam hari. Sirna semua menjadi sirna dan telah sirna.

Kini yang aku dapatkan hanyalah kekosongan hampa yang terasa mengisi. Aku tidaklah menjadi wanita dalam singgasanamu. Permaisuri dalam mimpimu. Penari pengiring gamelan langkah nadamu. Tetesan embun dalam taman bungamu. Udara pagi penggugah gerak langkah daun pepohonan.

Tetapi kenapa engkau tetap dengan tegar, berdiri di atas karang yang kokoh berkata dengan suara lantang menantang datangnya badai. Hanya akulah wanita dan permaisuri bagi dirimu, yang selalu menghiasi indahnya taman dengan untaian bunga – bunga mekar berseri, kepakkan kupu – kupu bergaun warna – warni, gemerincingnya sungai dialiri beningnya air. Berdiri kedinginan menggigil berselimut air hujan dan hawa dingin. Berpanas dengan keringat kering menguap di bawah payung sinar perkasa mentari.

Engkau kembali berkata, hanya akulah pena lembut yang menulisi lembaran – lembaran kertas putih hatimu. Hanya akulah yang dapat melukiskan dengan tinta warna – warni kegundahan dan kegelisahan hatimu. Hanya akulah yang dapat memadamkan dan mendinginkan bara api kemarahan dengan pelukkan tetes embun pagi. Hanya akulah yang dapat menghangatkan dinginnya hatimu, dengan belaian sayap – sayap kasih. Dan tiada lain yang tak habis dilukiskan untaian kata – kata indah pengisi perjalanan hidupmu dan tiada yang dapat untuk tergantikan dengan diriku.

Tetapi kenapa yang aku lihat dari suaramu kini, tergenggam ditanganmu terhunus sebilah mata pedang berkilau di depan mataku.

Tees’09’06

Selengkapnya...

Kamis, November 06, 2008

IMPIAN YANG TERGAPAI



Senyummu tetaplah senyuman istana mimpiku

Engkau tidaklah perlu lagi untuk selalu bertanya
Engkau tidaklah perlu lagi berada dipersimpangan untuk bertanya
Karena engkau sekarang telah menemukan jawaban atas semua yang engkau tanya

Engkau mulai kurang berbincang akrab dengan Sang Putri Malam Yang Bergaun Beludru Hitam
Yang selalu setia menyelimutimu dengan tiupan dan hembusan angin malam
Dan mengiringi langkahmu dengan nyanyian tembang syahdu di dalam mengarungi gelapnya malam

Berbagai pertanyaan telah terjawab yang selama ini mengkristal dalam pkiranmu
Impianmu yang melayang berlari-lari riang dalam ruang anganmu kembali ke dalam jiwamu
Raihlah dan peluklah dia dengan kuat dalam sayap- sayap dekapanmu

Dekaplah dan peluklah kedalam kehangatan jiwamu
Rasakanlah kehangatan itu dan janganlah engkau lepaskan dari tangan-tangan jiwamu
Karena inilah ranumnya dari buah yang terpetik dari tanamanmu
Hingga mengantarkanmu menuju pesanggrahan Istana Impianmu

Engkau tidaklah lagi sendirian di dalam bahtera sewaktu mengarungi samudra waktu harimu
Belaian jiwamu dengan kasih sayangnya setia menemanimu
Berjalan dan melayang bersama didalam gelombang penderitaan dan kebahagian mimpimu
Bersamanya untuk mencapai tujuan kepulau Istana Mimpimu

Penderitaan, kesedihan, tangisan dan air mata yang bercucuran
Merupakan alunan nada-nada merdu dari sebuah lagu kebahagian
Membawamu menyelam dan mereguk nikmatnya samudra ketenangan dan kebahagiaan

Pagimu kini cerah, secerah sinar hatimu ditatapan mentari
Embunpun yang bergaun sutera bening tertarik untuk bernyanyi
Berwajah segar, berbaris rapi, melambaikan sambutan kepadamu yang berseri

Engkau yang kini tidak lagi sendirian menapaki dalamnya samudra kehidupan waktu
Bersamanya menatap pergolakkan dan gelombang yang datang tak kenal waktu
Kesedihan dan kegembiraan adalah dua untai alunan nada kehidupanmu
Terkadang hanya satu yang menyambut, tetapi lebih sering keduanya datang menyambutmu

Sambutlah dia dengan luasnya hamparan padang hatimu
Sambutlah dia dengan juluran terbuka kedua belah tanganmu
Sambutlah dengan untaian kata mutiara indah dari suara gemanya gua terdalam hatimu
Sambutlah dia dengan ucapan telah dan selalu aku ada menerima arti kehadiranmu

Dekaplah dia dengan erat serta erat seakan engkau tidak ingin dia meninggalkanmu
Bersama selalu untuk bersama sekarang, besok, lusa, akan datang dan selamanya untukmu


Kepada yang tergapai mimpinya

Tees’06’05


Selengkapnya...

Minggu, November 02, 2008

Puisi Perjalanan I


Dinda
Ingatkah Engkau, hari ini setahun yang lalu ?
Saat sebait kata
Menyatukan kita dalam sebuah ikatan suci penuh makna

Tak terasa memang
Meski riak ombak terkadang menghantam
Ternyata kita cukup tegar
Menghadapi langkah awal sebuah perjalanan
Tuk membawa biduk ini
Mengarungi derasnya laut kehidupan
Menuju cita-cita cinta kita

Apakah Engkau Bahagia, Dinda ?
Sebahagia Rama mendapatkan Sintanya kembali
Sebahagia Mentari bertemu fajar pagi
Sebahagia Bulan ditemani kelipnya bintang
Sebahagia diriku mendapatkan kembali rusuk yang telah lama hilang


Sajak hati untuk memperingati Setahun Perjalanan Menuju Harapan Cinta
Surabaya, 26 Juli 2004

dyk

Selengkapnya...