Setiap Lelaki Memiliki Seorang Wanita yang Dicintai, Meskipun Dia Belum Terlahir atau Bahkan Tidak Terlahir di Dalam Rahim Mimpinya

Jumat, Mei 29, 2009

Beberapa Jam Menjelang Kelahiran

19 April 2009

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat aku sedang asyik menonton acara Dashyat di RCTI. Istriku sudah tidur sejak sore tadi. Ini adalah minggu terakhir menunggu saat persalinan.Sesuai prediksi dokter kami, diperkirakan bayi kami akan lahir sekitar 23 April 2009. Itu untuk kondisi normalnya masa kehamilan 40 minggu. Tetapi biasanya itu bisa maju 1 – 2 minggu. Setiap hari aku sudah mewanti-wanti istriku untuk selalu mengecek dan peka terhadap kondisi tubuhnya.

Selain itu hal-hal non teknis pun sudah kami persiapkan sejak beberapa minggu yang lalu. Istriku yang memang super rapi sudah menyiapkan tas besar yang berisi perlengkapan bayi, dirinya dan diriku. Teknis perjalanan ke rumah bersalin pun sudah aku rancang beberapa hari lalu. Aku menyebutnya Plan A dan Plan B. Plan A dijalankan untuk kondisi normal dimana aku dan istriku berada di rumah semua. Sedang Plan B dijalankan jika kontraksi terjadi saat aku tidak berada di rumah atau di kantor. Sesuai rencana saat itu istriku akan memanggil taxi atau menelepon saudara dan meluncur ke rumah bersalin bersama kedua orang tuanya. Sementara setelah dihubungi, aku dari kantor akan langsung meluncur ke rumah bersalin. Jadi kita semua akan bertemu di rumah bersalin. Ini kami lakukan sebab rumah bersalin, kantor tempatku bekerja dan rumah kami tempatnya agak berjauhan. Jadi aku ingin menghemat waktu dan istriku segera mendapat pelayanan.

Tetapi satu persiapan yang belum juga beres adalah persiapan nama. Hingga minggu terakhir, kami belum menemukan nama yang cocok untuk calon bayi kami. Aku sebenarnya sudah memiliki sebuah nama untuk bayi cewek. Sedang untuk nama bayi cowok tak satu pun nama yang sudah terangkai. Kami memeang menyiapkan dua nama sebab hingga detik ini kami memang sengaja tidak ingin mengetahui jenis kelamin bayi kami. Biarlah ini menjadi surprise bagi keluarga. Meski aku sudah mendapat nama cewek, itupun terasa belum mantap di hati. Sebab kedua orang tua kami juga tidak sreg dengan nama pilihan kami itu.

Tak terasa waktu sudah mendekati tengah malam. Jam sudah menunjukkan pukul 11.45 saat rasa kantuk mulai menyerang diriku. belum beberapa menit aku tidur, istriku sudah bangun dan mengatakan perutnya terasa sakit dan mau ke belakang. Seperti biasa aku tidak menaruh rasa curiga. malah aku memarahi istriku karena mungkin saat makan malam terlalu banyak sambal. Beberapa menit dalam kamar mandi, aku merasa curiga dan menyusul ke sana. istriku hanya bilang dia baik-baik saja. Hingga ibu mertuaku bangun dari tidur dan menanyakan apa yang terjadi. Dengan santai aku hanya bilang bahwa istriku sedang sakit perut. tetapi insting seorang ibu berkata lain. Beliau mengatakan bahwa mungkin ini tanda akan melahirkan. Saat itu istriku baru keluar dari kamar mandi dan dia hanya mengatakan sakit perut biasa.

Kami kembali ke kamar. Belum sepuluh menit kami berbaring tiba-tiba istriku bangun kembali dan mengatakan bahwa perutnya sakit. Saat itulah aku sadar bahwa apa yang dikatakan ibu adalah benar. Inilah saat kelahiran bayi kami. Aku memerintahkan istriku untuk menyiapkan keperluannya. Saking bingungnya aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya mondar-mandir antara kamar kami dan kamar sebelah dimana istri dan ibu mertuaku menyiapkan perlengkapan. Hingga ibu mertua mengingatkan aku untuk memanggil taxi. Aku tanggap dan segera menyambar kunci motor untuk memanggil taxi di jalan besar.



Selengkapnya...

Rabu, Mei 27, 2009

Minggu-minggu Menjelang Kelahiran

12 April 2009

Alhamdulillah, tak terasa usia kehamilan istriku sudah mencapai 9 bulan. Bulan-bulan penuh kecemasan telah kita lalui. Dan saat inilah hari-hari penantian yang sudah lama kami inginkan.Hari-hari menunggu terasa berjalan sangat lambat. Rasanya aku ingin sekali melihat calon bayi kami, menggendong, memeluk dan menciumnya penuh kasih sayang. Perasaan bahagia yang terlalu ultra itu terasa sesak di dadaku.

Tetapi dibalik rasa bahagia jika terbesit kecemasan dan ketakutan kembali. Semuanya timbul tenggelam menjadi satu. Kecemasan akan kondisi istri yang sejak dulu begitu takut dengan yang namanya operasi dan rasa sakit. Serta bagaimana kondisi bayi kami saat persalinan nanti. Tapi aku berusaha untuk tenang. Menutupi kecemasan itu dengan banyak berdoa kepada-Nya semoga semua berjalan lancar. Satu yang pasti ketakutan dan kecemasan ini tidak boleh mengalahkan kebahagian kami yang tertunda selama lima tahun.



Selengkapnya...

Senin, Mei 25, 2009

Idul Fitri Berdua di Rumah Saja

01 Oktober 2008

Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi. Suara takbir berkumandang sahut-menyahut dari masjid membelah langit pagi yang cerah. Seolah setiap masjid tidak mau kalah untuk terus mengagungkan asma Allah SWT.Istriku sudah bangun beberapa menit yang lalu. Sementara aku masih malas-malasan tidur di atas kasur yang hangat ini. Setelah menguatkan diri, akhirnya aku bangun juga dari rebahan. Tidak seperti biasanya, suasana rumah kami terasa sepi. Hanya suara air dari kamar mandi tempat istriku membersihkan dirinya. Hari ini adalah Idul Fitri pertama di mana mertuaku tidak ada di rumah. Beliau sudah mudik ke Tulungagung satu minggu sebelumnya. Sebab jika mendekati hari raya, beliau takut berdesakan di dalam kereta api atau bis. Alasan lainnya adalah sebab aku dan istriku sudah merencanakan tidak ber-Idul Fitri di Tulungagung tetapi cukup di Surabaya saja. Sebab aku juga tidak ingin istriku yang sedang hamil muda melakukan perjalanan jauh (meski itu hanya 4 jam dari Surabaya). Itu juga atas saran orang tua dan saudara kami sebab perjalan jauh akan cukup melelahkan bagi wanita hamil yang bisa berakibat pada janin. Tetapi hikmahnya, kali ini aku bisa merayakan Lebaran bersama keluarga besarku lebih lama. Sebab pada tahun-tahun sebelumnya, waktu berkumpul aku dan keluarga hanya sekitar 3-4 jam saja.

Aku jadi teringat saat Lebaran sebelumnya. Biasanya ibu mertua sudah menyiapkan perbekalan untuk dibawa saat kami mudik ke Tulungagung. Mulai makanan, pakaian, alas duduk bahkan terkadang peralatan dapur. Menurutku sih ribet banget sebab mobil yang kami sewa penuh dengan barang bawaan dan penumpang. Seperti biasanya sehabis menjalankan ibadah sholat ‘Id, aku mengajak istriku untuk bersilahturahmi ke orang tuanya terlebih dahulu dan dilanjutkan ke tetangga sekitar kami. Setelah itu kami meluncur ke rumah orang tuaku yang ada di Surabaya juga. Berkumpul bersama, makan nasi kuning yang selalu menjadi menu khas keluargaku setiap Lebaran dan silahturahmi ke tetangga serta rumah pamanku. Kami berada di rumah orang tuaku hingga pukul sebelas siang. Sebab setelah itu kami harus segera berangkat ke Tulungagung beserta rombongan mertua dan keluarga paman yang sudah menunggu di rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi saat kami berangkat ke lapangan tempat sholat ‘Id diadakan. Baju koko yang kubeli setahun lalu dan sarung biru pemberian mertua terasa pas kukenakan pagi ini. Sementara istriku memakai setelah hitam dengan jilbab senada. kami tidak berjalan sendiri, ada paman dan keluarganya. Mereka berencana mudik pagi ini dengan sepeda motor.

Tak berapa lama setelah kami tiba di sana, Sholat pun dimulai. Khusuk kami mengikuti rangkaian ibadah Idul Fitri, dari sholat ‘Id hingga khotbah berakhir. kami larut dalam suasana penuh kemenangan setelah sebulan berjuang melawan hawa napsu. Kami siap menjadi manusia baru yang bersih.


Selengkapnya...

Jumat, Mei 22, 2009

Apa Sih Ngidammu, Sayang ?

Oktober 2008

Seperti hal-halnya ibu hamil pada umumnya, ngidam adalah fase yang biasanya dialami pada masa-masa trimester awal. Orang awam bilang itu adalah permintaan atau keinginan si calon anak.Jika tidak dituruti, kelak si anak yang telah lahir akan suka ngiler, begitu kata mereka.

Kali ini sebagai suami yang baru pertama menanti kehamilan sang istri, aku sangat berharap bisa memenuhi permintaan istriku. Aku juga ingin merasakan suka dan duka perjuangan seorang suami untuk memenuhi permintaan itu. Aku berpendapat bahwa ngidam itu adalah wujud sayang dan perhatian suami terhadap istri dan ayah terhadap calon anaknya. Aku juga sering mendengar romantisme rekan-rekanku bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan barang yang diinginkan oleh istrinya. Mulai minta makanan pada tengah malam dan mencari buah-buahan yang tidak ada pada musimnya. Atau terkadang permintaan aneh yang kadang tidak masuk diakal. Meski berat, menurut mereka ada rasa kepuasan tersendiri jika bisa memenuhi keinginan sang istri. Dan itulah yang sangat aku harapkan, sebagai calon ayah akuingin bisa merasakan romantisme itu. Apalagi untuk calon anak kami yang pertama.

Sayang sampai saat ini, aku belum merasakan permintaan yang aneh-aneh dari istriku. Setiap hari aku selalu menunggu, permintaan apa yang diinginkan olehnya. Tapi semua itu tak pernah aku temukan. Hal yang kuingat adalahpermintaan untuk dibelikan keripik singkong khas Sumenep yang dulu sering kami beli. Istriku menginginkan itu pas aku hendak berangkat ke kantor. Beruntung toko yang biasa menjual letaknya tidak terlalu jauh dan memeiliki persediaan yang banyak. Selebihnya aku anggap permintaannya tidak ada yang aneh.

Kadang aku berpikir, kenapa nggak ada permintaan yang aneh yang ingin aku penuhi. Atau mungkin calon anak kami mengerti bahwa ayahnya seorang yang sibuk atau mengerti ayahnya seorang pemalas he.... Tapi aku tetap berharap suatu saat istriku ngidam dan aku akan berjuang untuk bisa memenuhi keinginan itu.


Selengkapnya...