Setiap Lelaki Memiliki Seorang Wanita yang Dicintai, Meskipun Dia Belum Terlahir atau Bahkan Tidak Terlahir di Dalam Rahim Mimpinya

Kamis, Januari 01, 2009

Aku Panik, Kau Kuproteksi

03 September 2008

Aku bersyukur bahwa ternyata istriku hamil juga. Dan penyakit panic berlebihan mulai menjangkiti aku. Sejak malam kunjungan ke dokter itu, aku mulai melakukan over proteksi terhadap istriku. Acara jalan-jalan yang selalu kami lakukan tiap hari Sabtu atau Minggu sementara aku hapuskan.

Tak ada lagi acara naik sepeda motor berdua untuk keluar rumah. Untuk kebutuhan sehari-hari sebisa mungkin beli di warung terdekat. Sedang untuk kebutuhan besar terpaksa aku sendiri yang berangkat ke supermarket. Aku bersedia melakukan ini semua, sebab aku tidak ingin membuat istriku lelah. Aku sudah mendengar pengalaman dari orang-orang bahwa minggu-minggu trimester pertama adalah saat paling rawan untuk terjadi keguguran. Hal itulah yang membuat aku takut. Aku takut apa yang kami tunggu selama ini akan pergi meninggalkan kami kembali.

Disamping itu pekerjaan harian di rumah seperti memasak atau membersihkan rumah, aku minta untuk dikurangi saja. Jika lelah, tidak usah memaksakan diri untuk memasak. Lebih baik beli di warung atau meminta tolong ibunya untuk memasak buat kami.

Dan yang paling utama adalah aku juga mewanti-wanti istriku untuk tidak naik turun tangga ke lantai dua. Biasanya istriku naik ke lantai dua untuk menjemur pakaian sebab di atas sinar matahari lebih terasa. Karena sekarang aku melarang dirinya naik ke atas maka sebagai gantinya kini untuk kali pertama aku harus membantu istriku menjemur dan membantu mencuci pakaian. Sebenarnya sejak masih bujangan aku sudah terbiasa mencuci pakaian milikku sendiri. Tetapi mengapa semenjak aku menikah, aku jadi nggak pernah lagi mencuci dan menyetrika pakaian. Meski di rumah kami sudah ada mesin cuci. Aku tahunya pakaian sudah rapi, siap dan tinggal dipakai. Ternyata kehamilan istriku membawa hikmah tersendiri bagiku. Mulai sekarang aku harus terbiasa lagi membantu istriku mencuci pakaian. Aku jadi sadar bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu ternyata sungguh berat disbanding kerja kantoran. Dari Subuh hingga malam tiba, seorang istri harus selalu siap untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan anggota keluarganya. Waktu istirahat mereka mungkin saat malam sudah tiba atau saat suami dan anak-anak mereka pergi bekerja atau sekolah.

Aku berusaha membuat istriku lebih santai dan nyaman di masa kehamilan awal. Tidak membuatnya lelah ataupun stress. Aku ingin memanjakan dirinya. Memenuhi segala kebutuhan nutrisi baginya dan calon bayi kami. Konfrontasi, konflik, pertengkaran dan perbedaan pendapat sebisa mungkin aku hindari. Aku harus lebih banyak mengalah kali ini.

Ketakutan dan kecemasan saat istriku hamil ternyata membuat diriku lebih cerewet dan banyak mengatur dibanding hari-hari biasa. Setiap pulang dari kantor, hal yang selalu aku lakukan adalah menanyakan kondisi istriku dan janinnya. Apa dirinya baik-baik saja atau terjadi sesuatu saat aku tidak ada di rumah. Juga kutanyakan bagaimana dengan kondisi kandungannya, apakah tidak ada masalah. Biasanya aku sedikit tenang saat aku mendengar jawaban “tidak” dari mulut istriku. Tak lupa masalah vitamin dan hormon yang diberikan dokter pun selalu aku tanyakan. Apakah tadi pagi dirinya tidak lupa untuk meminumnya.

Selain itu makanan yang dikonsumsinya pun tak luput dari perhatianku. Termasuk makanan-makanan yang “panas” seperti durian, nanas, tape, sayur ketewel dll. Semua makanan itu tak boleh dikonsumsinya dan aku memastikan itu. Itu semua atas anjuran orang tua dan saudara. Tak lupa aku juga mengingatkan istriku untuk banyak mengkonsumsi ikan laut dan minum susu. Kata orang, itu baik buat perkembangan otak janin kami. Sebab perkembangan otak janin mulai terbentu pada usia kandungan memasuki trimester pertama. Saat itu janin membutuhkan nutrisi yang baik dan bergizi untuk menunjangnya. Rupanya pertanyaan-pertanyaanku ini membuat istriku sedikit jengkel juga. Tapi aku cuek aja, sebab semua demi kebaikan dia dan janin kami. Aku tak mau waktu menunggu kami yang lama terbuang sia-sia.

Aku juga sempat bertukar pikiran dengan rekan kerjaku mengenai kepanikan yang terjadi pada calon ayah seperti aku. Rata-rata mereka juga sedikit panik tapi tidak se-estrem aku. Mereka juga menyarankan diriku untuk santai saja dan bersikap seperti hari –hari biasa saja. Sebab kalau banyak diatur maka bisa-bisa istriku yang stress.

Sekarang aku punya kegiatan baru yaitu browsing artikel-artikel tentang kehamilan. Artikel yang begitu banyak, aku cetak dan jilid rapi agar aku dan istriku dapat membacanya sebagai informasi pengetahuan. Aku juga meminta tolong teman kuliahku, Ning namanya untuk mengirim artikel kehamilan ke emailku. Kebetulan Ning yang sudah memiliki anak itu masih menyimpan artikel tsb. Dan ia juga pernah berjanji kalau istriku hamil, ia akan mengirimkannya padaku. Begitu banyak aku mengumpulkan artikel itu semata-mata agar aku punya sedikit ilmu dan siap menghadapi kehamilan istriku. Sayangnya, lebih banyak aku yang membaca artikel itu dibanding istriku. Ya, aku maklum sebab istriku memang tidak suka membaca. Aku sudah berusaha sedikit memaksa untuk membaca artikel itu tapi tidak pernah dihiraukan. Alasannya ia merasa lelah dan hanya ingin santai dan tiduran. Aku sendiri sempat heran. Aku sering melihat ibu-ibu muda yang sedang hamil seperti dirinya sangat senang sekali mencari atau berburu artikel tentang kehamilan. Tapi ini tidak terjadi pada istriku. Tapi tak apalah, yang penting istriku masih mau mendengar saat aku membacakan artikel itu untuknya he….

Selengkapnya...