25 Agustus 2008
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, saat aku sudah selesai makan malam. Seperti biasa, aku dan istriku duduk santai di ruang tamu sambil menikmati sore hari. Biasanya saat seperti ini kami selalu bercerita tentang hari-hari yang telah kita lewati sambil menikmati acara televisi.Tapi seperti biasanya aku yang lebih banyak bercerita tentang kegiatan dan pekerjaan di kantor. Istriku adalah seorang yang sangat pendiam. Ia lebih suka menjadi pendengar yang baik dibanding harus bercerita. Hari ini sengaja tak kunyalakan televisi sebab acara bagus di televisi pun takkan mampu mengalihkan pikiranku dari rasa keingintahuanku yang semakin besar.
“An..”
Begitulah aku biasa memanggil nama istriku. Sejak pertama pacaran pun aku selalu memanggilnya dengan nama depannya saja. Aku bukan type orang yang romantis yang selalu memanggil nama kekasihnya dengan panggilan yang manis dan mesra. Tapi sejak kehamilan ini aku sudah berkeinginan untuk memanggilnya dengan sebutan “Dik” sebelum melangkah ke sebutan yang lebih mesra “Mama”
Aku pun menanyakan kepada istriku kepastian berapa hari ia sudah terlambat kedatangan tamu rutinnya. Istriku memastikan bahwa ia sudah terlambat lebih dari 10 hari terhitung sejak haid terakhirnya. Lega juga aku mendengar jawaban itu. Tanpa sepengetahuan istriku, akupun segera pergi ke apotek utnuk membeli alat tes kehamilan atau test pack. Karena rasa keingintahuanku yang begitu besar, akupun membeli dua type produk test pack. Satu yang memiliki tingkat kepekaan mendeteksi hormon HCG hingga 10% sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu. Kebetulan aku ingin segera mengetahui hasilnya malam ini juga. Dan kedua test pack yang hanya bisa digunakan pagi hari sesudah bangun dari tidur. Ini karena tingkat kepekaan alatnya dalam mendeteksi jika kandungan hormon HCG lebih dari 25%. Setelah membeli alat tersebut aku pun segera pulang ke rumah.
Aku pun telah sampai di rumah dan menyuruh istriku untuk melakukan tes. Sayang istriku belum ingin ke belakang. Rasa penasaran karena ingin segera melihat hasil tes akhirnya dengan sedikit memaksa aku meminta istriku untuk minum air sebanyak-banyaknya agar bisa ia bisa “kebelet” ke belakang. Tak berapa lama, istriku akhirnya “kebelet pipis” juga. Bukannya mau melakukan tes, dia malah menanyakan cara melakukan tes kehamilan itu padaku. Sebenarnya aku bisa memahami keluguan istriku ini. Karena gugup ia takut salah sehingga apa yang kita inginkan tidak tercapai. Tapi sebagai suami aku pun tidak mengetahui caranya. Agar tidak terlalu lama, akhirnya aku meminta istriku agar menampung air seninya di gelas dan aku yang akan melakukan tesnya. Istriku setuju saja. Tak berapa lama, istriku sudah keluar dari kamar mandi dan menyuruh aku untuk melakukan tes itu. Hati ini rasanya berdebar-debar juga meski aku sudah membaca petunjuknya berulang kali. Aku mulai mencelupkan test pack itu kedalam wadah yang ada sedalam batas garis sesuai petunjuk. Detik-detik terasa berlalu begitu lama. Jantung pun mulai berdegup. Keringat dingin mulai keluar butir demi butir. Tanganku terasa bergetar memegang alat tes itu. Setelah menunggu 10 detik, alat test pack mulai bekerja. Cairan mulai merambat naik perlahan-lahan. Dan keluarlah garis merah yang pertama. Hatiku makin berdegup kencang menunggu munculnya garis merah berikutnya. Sebab sesuai petunjuk yang ada, jika dua garis merah yang muncul berarti positif hamil. Jika hanya satu maka masa menunggu semakin panjang. Tak berapa lama, akhirnya munculah garis merah yang kedua. Degup kencang dihatiku mulai berkurang. Keringat mulai berhenti. Aku bergegas membawa tes pack itu keluar dan mencari kertas petunjuknya. Sebab aku ingin benar-benar memastikan bahwa hasil tesnya benar. Sementara istriku mengikutiku di belakang. Ia sudah bilang bahwa hasil tes itu benar. Tetapi aku sedikit sangsi, meski muncul dua strip merah tapi jarak stripnya berjauhan. Sementara sesuai gambar pada kertas petunjuk, dua stripnya berdekatan. Aku pun membolak-balik kertas itu dan membacanya berulang kali. Dan setelah cukup tenang, aku pun mulai yakin bahwa hasil tes ini benar. Segera aku bersujud sebagai ungkapan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang begitu bsar untuk kami. Tak lupa kucium istriku atas cinta dan kesabaran.
Jumat, Desember 26, 2008
Berkah di Ambang Ramadhan II
Label:
Cerita Kecil Calon Bayi Kami
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar