Setiap Lelaki Memiliki Seorang Wanita yang Dicintai, Meskipun Dia Belum Terlahir atau Bahkan Tidak Terlahir di Dalam Rahim Mimpinya

Senin, Oktober 05, 2009

Adik, Mulai Makan ya ?

29 September 2009

Aku baru mau memarkir motorku di teras, saat istriku sudah berdiri di depan pintu. Ada si kecil Kinar digendongannya. Aku membalas senyuman istriku. Hati suami dan ayah mana yang tidak bahagia, saat pulang kerja seperti sore ini disambut senyuman istri dan celoteh si kecil Kinar. Belum sempat aku mencuci kaki, istriku sudah mencegatku dan berkata :
“Mas. Adik tadi udah mulai makan.”
“Bener ?” Tanyaku meyakinkan.
Kulihat istriku mengangguk.

Sebenarnya aku tidak begitu terkejut dengan berita ini, sebab dua hari yang lalu aku dan istriku sudah berbelanja produk biskuat bayi yang akan mulai kami berikan untuk melatih si Kinar. Ternyata banyak sekali produk makanan bayi bail itu biskuit ataupun bubur dengan keunggulan masing-masing. Ada yang bisa membuat bayi kita cerdas sebab di dalam produknya sudah terkandung suplemen-suplemen khusus macam DHA, omega 3 & 6 yang dapat membantu perkembangan otak. Ada juga yang diperkaya kalsium, zat besi dan fosfor. Di samping itu ada bubur bayi yang dapat membuat badan bayi cepat gemuk. Semua itu juga masih di beri rasa yang berbeda-beda seprti rasa pisang, jeruk, kacang ijo, beras merah dll. Semuanya serba instan. Aku jadi membayangkan bagaimana ibu-ibu kita dulu harus bersusah payah untuk membuat makanan kita saat bayi. Diantara berbagai produk yang ditawarkan akhirnya aku dan istri sepakat memilih biskuit Promina. Disamping mengandung banyak zat gizi yang diperlukan si kecil Kinar, juga harganya yang cukup terjangkau oleh kami.

Keputusan kami untuk mulai memberi makan pada usianya yang baru 5 bulan lebih, tidak lepas dari desakan ibuku sendiri, ibu mertua, kakak iparku dan juga orang sekitar kami. Aku pun sudah memberikan pengertian kepada mereka bahwa sesuai anjuran dokter, makanan padat baru boleh diberikan setelah usia 6, sebab saat itu pencernaan bayi sudah sempurna dan siap menerima makanan padat selain air. Dan itupun pemberiannya sedikit-sedikit. Tetapi orang tua selalu membandingkan kondisi sekarang dengan saat kami kecil dulu. Ibu mertuaku bilang keponakanku yang kini duduk di SMA, dulu sudah boleh makan saat usianya baru empat bulan. Malah jaman dulu ada yang baru seminggu udah makan nasi tim. Aku jadi geleng-gelengsaja mendengar mereka.

Tetapi pada akhirnya, aku dan istri sedikit mengalah. Pertimbanganku usia si kecil Kinar sudah 5 bulan lebih. Aku pikir usianya sudah mendekati bulan dan kurasa pencernaan mulai siap. Kedua biskuit yang kami beli juga sebagai pembelajaran bagi si kecil Kinar untuk mengenal makanan padat. Ketiga untuk tahap awal istriku hanya memberi porsi setengah potong biskuit dicampur susu perhari. Biar sistem pencernaannya tidak kaget. Meski pada hari pertama, nafsu makan si Kinar begitu lahap tetapi istriku tetap tidak menambahnya. Sebab kami menanti reaksi yang akan timbul. Kami berharap moga-moga tidak terjadi sesuatu pada pencernaan si kecil Kinar.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Istriku sudah membawa masuk si kecil Kinar. Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan seperti biasa mencuci kaki di bawah keran. Sepuluh menit kemudian aku sudah asyik bercanda dengan gadis kecilku. Rasanya waktu yang ada tidak cukup untuk mengganti waktu yang telah terbuang begitu lama.
Kinar, moga-moga keputusan ayah tepat untuk memberi kamu makan sebelum waktunya.

Selengkapnya...

Jumat, Oktober 02, 2009

Hari-hari Pertama Kehadiran Si Kecil Kinarya Madina

21 Juni 2009

Dibanding sebulan lalu sejak kelahiran Kinarya Madina, putri pertama kami, sekarang ini aku sudah bisa menikmati indahnya peran sebagai seorang ayah. Tak ada lagi kepanikan jika ada masalah dengan Kinar, nama panggilan untuknya.Stress dan lelah karena mengantuk di pagi hari karena harus “melekan” pada malam-malam sebelumnya. Atau memikirkan kesehatan istriku pasca melahirkan. Sejak dinyatakan sehat oleh dokter kandungan, istriku mulai belajar mandiri untuk merawat si kecil Kinar. Meski aku mengakui masih ada campur tangan dari ibu mertua di dalamnya. Tapi aku selalu menganggap itu sebagai salah satu keuntungnya tinggal bersama orang tua. Kehidupan sehari-hari kami sudah mulai teratur. Aku sudah bisa menyesuaikan ritme hidupku dengan ritme hidup Kinar, putri kami. Aku yang biasanya tidur setelah pukul 23.00 malam, mulai membiasakan tidur sore bersamaan dengan jadwal tidur Kinar yang sudah mulai teratur. Sebab tengah malam, aku juga harus bangun untuk menemani istriku yang sedang menyusui putri kami. Atau menyiapkan perlengkapan minumnya. Mulai kaleng susunya, mengisi termos dengan air hangat untuk minumnya atau menyiapkan botol susu dan perlengkapannya yang terbilang rumit. Sebab semuanya harus steril sebelum diberikan kepada Kinar. Jadi waktu harus aku manfaatkan atau manage agar tidak kelelahan sama seperti minggu-minggu awal kehadiran putri kami. Meski begitu kadang-kadang Kinar juga rewel. Pernah suatu hari Kinar tidak tidur dari jam 21.00 sampai 03.00 dini hari. Mungkin siangnya, dia sudah kenyang tidur sehingga malam digunakan untuk terjaga. Meski tidak selalu menangis tetapi aku dan istriku terpaksa "melekan" juga untuk menemaninya. Saat seperti inilah kadang-kadang istriku kelihatan stress sebab dia tidak bisa tidur sama sekali. Sampai pernah istriku marah padanya. Lucu juga, bayi kok dimarahi he... Sekali lagi, beruntung kami tinggal bersama orang tua sebab memasuki jam 03.00 dini hari, giliran ibu mertuaku yang menjaga sebab beliau kasihan padaku yang harus kerja esok hari.

Memasuki usia tiga bulan, aku merasa pertumbuhan Kinar terlihat cepat. Bobotnya terus naik sejak dilahirkan. Dari 2.95 Kg saat dilahirkan dan sebulan kemudian sudah mencapai 4.3 Kg. Tadi pagi saat kami ke dokter untuk imunisasi DPT dan Polio tahap dua, bobotnya sudah mencapai 5.2 Kg. Panjangnya aku rasa sudah lebih dari 50 cm. Kalau menurut grafik berat badan, berat Kinar sudak masuk ke warna hijau atau over weight. Aku rasa susu formula yang dikonsumsinya cocok kali. Kebetulan kami memang memakai susu formula untuk membantu ASI istriku yang kebetulan kurang begitu lancar. Tapi di waktu malam istriku selalu mengusahakan agar Kinar dapat mengkonsumsi ASI darinya. Bagaimanapun juga Asi tetap yang utama untuknya.

Di usianya yang sekarang, wajah Kinar sudah mulai kelihatan rupanya. Orang-orang bilang wajah lebih banyak mirip dengan aku, ayahnya. Kata orang-orang dulu, anak pertama memang wajahnya selalu mirip dengan ayahnya. Mungkin takut tidak diakui anak kali he... Hidungnya lumayan mancung seperti aku. Rambutnya hitam lebat dan lurus. Yang paling membahagiakan, beruntung kulitnya putih bersih seperti ibunya. Tidak hitam seperti aku, ayahnya. Gerakan Kinar sudah mulai banyak. Menendang-nendangkan kaki adalah favoritnya. Mulai lapar ingin minum hingga tubuhnya basah oleh pipisnya, Kinar selalu menendangkan kakinya sambil diiringi tangis yang melengking. Tapi kalau lagi “Poo” justru dia diam karena konsentrasi he... Gerakan lehernya juga mulai kuat. Kinar sudah bisa menoleh ke kiri dan ke kanan. Itu semua karena stimulus atau rasangan yang mulai aku berikan. Sesuai buku dan informasi kesehatan yang kudapat dari buku atau internet, setiap hari sehabis minum susu, aku sempatkan untuk menggendongnya dengan menengkurapkan badannya ke pundakku sambil menepuk-nepuk punggungnya. Disamping agar tulang dan urat lehernya kuat, ini juga untuk memperlancar saluran pencernaannya agar cairan yang sudah diminumnya tidak keluar kembali. Atau agar bayi dapat bersendawa.

Inilah saat terindah yang sudah lama dinantikan hingga lima tahun usia pernikahan kami. Tak ada yang lebih menggembirakan bisa menyaksikan setiap detik pertumbuhan putri kami, Kinarya Madina. Setiap waktu aku selalu menyempatkan untuk mengabadikan setiap momen-momen indah yang terjadi padanya. Bagaimana tingkahnya saat minum susu atau tangisnya jika tak juga diberi, mimiknya saat tidur yang tanpa dosa, tangisannya saat bangun dari tidur karena lapar atau basah, riangnya saat mandi ketika air mengenai tubuhnya selalu aku abadikan dalam camera hpku. Dan itu yang selalu mengingatkanku bahwa ada gadis kecil di rumah yang senantiasa menunggu kehadiran ayahnya. Setiap perubahan yang terjadi pada dirinya, di situ ada kasih sayang, cinta, sentuhan dan perhatian kami yang turut larut di dalamnya.




Selengkapnya...

Jumat, Mei 29, 2009

Beberapa Jam Menjelang Kelahiran

19 April 2009

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat aku sedang asyik menonton acara Dashyat di RCTI. Istriku sudah tidur sejak sore tadi. Ini adalah minggu terakhir menunggu saat persalinan.Sesuai prediksi dokter kami, diperkirakan bayi kami akan lahir sekitar 23 April 2009. Itu untuk kondisi normalnya masa kehamilan 40 minggu. Tetapi biasanya itu bisa maju 1 – 2 minggu. Setiap hari aku sudah mewanti-wanti istriku untuk selalu mengecek dan peka terhadap kondisi tubuhnya.

Selain itu hal-hal non teknis pun sudah kami persiapkan sejak beberapa minggu yang lalu. Istriku yang memang super rapi sudah menyiapkan tas besar yang berisi perlengkapan bayi, dirinya dan diriku. Teknis perjalanan ke rumah bersalin pun sudah aku rancang beberapa hari lalu. Aku menyebutnya Plan A dan Plan B. Plan A dijalankan untuk kondisi normal dimana aku dan istriku berada di rumah semua. Sedang Plan B dijalankan jika kontraksi terjadi saat aku tidak berada di rumah atau di kantor. Sesuai rencana saat itu istriku akan memanggil taxi atau menelepon saudara dan meluncur ke rumah bersalin bersama kedua orang tuanya. Sementara setelah dihubungi, aku dari kantor akan langsung meluncur ke rumah bersalin. Jadi kita semua akan bertemu di rumah bersalin. Ini kami lakukan sebab rumah bersalin, kantor tempatku bekerja dan rumah kami tempatnya agak berjauhan. Jadi aku ingin menghemat waktu dan istriku segera mendapat pelayanan.

Tetapi satu persiapan yang belum juga beres adalah persiapan nama. Hingga minggu terakhir, kami belum menemukan nama yang cocok untuk calon bayi kami. Aku sebenarnya sudah memiliki sebuah nama untuk bayi cewek. Sedang untuk nama bayi cowok tak satu pun nama yang sudah terangkai. Kami memeang menyiapkan dua nama sebab hingga detik ini kami memang sengaja tidak ingin mengetahui jenis kelamin bayi kami. Biarlah ini menjadi surprise bagi keluarga. Meski aku sudah mendapat nama cewek, itupun terasa belum mantap di hati. Sebab kedua orang tua kami juga tidak sreg dengan nama pilihan kami itu.

Tak terasa waktu sudah mendekati tengah malam. Jam sudah menunjukkan pukul 11.45 saat rasa kantuk mulai menyerang diriku. belum beberapa menit aku tidur, istriku sudah bangun dan mengatakan perutnya terasa sakit dan mau ke belakang. Seperti biasa aku tidak menaruh rasa curiga. malah aku memarahi istriku karena mungkin saat makan malam terlalu banyak sambal. Beberapa menit dalam kamar mandi, aku merasa curiga dan menyusul ke sana. istriku hanya bilang dia baik-baik saja. Hingga ibu mertuaku bangun dari tidur dan menanyakan apa yang terjadi. Dengan santai aku hanya bilang bahwa istriku sedang sakit perut. tetapi insting seorang ibu berkata lain. Beliau mengatakan bahwa mungkin ini tanda akan melahirkan. Saat itu istriku baru keluar dari kamar mandi dan dia hanya mengatakan sakit perut biasa.

Kami kembali ke kamar. Belum sepuluh menit kami berbaring tiba-tiba istriku bangun kembali dan mengatakan bahwa perutnya sakit. Saat itulah aku sadar bahwa apa yang dikatakan ibu adalah benar. Inilah saat kelahiran bayi kami. Aku memerintahkan istriku untuk menyiapkan keperluannya. Saking bingungnya aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya mondar-mandir antara kamar kami dan kamar sebelah dimana istri dan ibu mertuaku menyiapkan perlengkapan. Hingga ibu mertua mengingatkan aku untuk memanggil taxi. Aku tanggap dan segera menyambar kunci motor untuk memanggil taxi di jalan besar.



Selengkapnya...

Rabu, Mei 27, 2009

Minggu-minggu Menjelang Kelahiran

12 April 2009

Alhamdulillah, tak terasa usia kehamilan istriku sudah mencapai 9 bulan. Bulan-bulan penuh kecemasan telah kita lalui. Dan saat inilah hari-hari penantian yang sudah lama kami inginkan.Hari-hari menunggu terasa berjalan sangat lambat. Rasanya aku ingin sekali melihat calon bayi kami, menggendong, memeluk dan menciumnya penuh kasih sayang. Perasaan bahagia yang terlalu ultra itu terasa sesak di dadaku.

Tetapi dibalik rasa bahagia jika terbesit kecemasan dan ketakutan kembali. Semuanya timbul tenggelam menjadi satu. Kecemasan akan kondisi istri yang sejak dulu begitu takut dengan yang namanya operasi dan rasa sakit. Serta bagaimana kondisi bayi kami saat persalinan nanti. Tapi aku berusaha untuk tenang. Menutupi kecemasan itu dengan banyak berdoa kepada-Nya semoga semua berjalan lancar. Satu yang pasti ketakutan dan kecemasan ini tidak boleh mengalahkan kebahagian kami yang tertunda selama lima tahun.



Selengkapnya...

Senin, Mei 25, 2009

Idul Fitri Berdua di Rumah Saja

01 Oktober 2008

Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi. Suara takbir berkumandang sahut-menyahut dari masjid membelah langit pagi yang cerah. Seolah setiap masjid tidak mau kalah untuk terus mengagungkan asma Allah SWT.Istriku sudah bangun beberapa menit yang lalu. Sementara aku masih malas-malasan tidur di atas kasur yang hangat ini. Setelah menguatkan diri, akhirnya aku bangun juga dari rebahan. Tidak seperti biasanya, suasana rumah kami terasa sepi. Hanya suara air dari kamar mandi tempat istriku membersihkan dirinya. Hari ini adalah Idul Fitri pertama di mana mertuaku tidak ada di rumah. Beliau sudah mudik ke Tulungagung satu minggu sebelumnya. Sebab jika mendekati hari raya, beliau takut berdesakan di dalam kereta api atau bis. Alasan lainnya adalah sebab aku dan istriku sudah merencanakan tidak ber-Idul Fitri di Tulungagung tetapi cukup di Surabaya saja. Sebab aku juga tidak ingin istriku yang sedang hamil muda melakukan perjalanan jauh (meski itu hanya 4 jam dari Surabaya). Itu juga atas saran orang tua dan saudara kami sebab perjalan jauh akan cukup melelahkan bagi wanita hamil yang bisa berakibat pada janin. Tetapi hikmahnya, kali ini aku bisa merayakan Lebaran bersama keluarga besarku lebih lama. Sebab pada tahun-tahun sebelumnya, waktu berkumpul aku dan keluarga hanya sekitar 3-4 jam saja.

Aku jadi teringat saat Lebaran sebelumnya. Biasanya ibu mertua sudah menyiapkan perbekalan untuk dibawa saat kami mudik ke Tulungagung. Mulai makanan, pakaian, alas duduk bahkan terkadang peralatan dapur. Menurutku sih ribet banget sebab mobil yang kami sewa penuh dengan barang bawaan dan penumpang. Seperti biasanya sehabis menjalankan ibadah sholat ‘Id, aku mengajak istriku untuk bersilahturahmi ke orang tuanya terlebih dahulu dan dilanjutkan ke tetangga sekitar kami. Setelah itu kami meluncur ke rumah orang tuaku yang ada di Surabaya juga. Berkumpul bersama, makan nasi kuning yang selalu menjadi menu khas keluargaku setiap Lebaran dan silahturahmi ke tetangga serta rumah pamanku. Kami berada di rumah orang tuaku hingga pukul sebelas siang. Sebab setelah itu kami harus segera berangkat ke Tulungagung beserta rombongan mertua dan keluarga paman yang sudah menunggu di rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi saat kami berangkat ke lapangan tempat sholat ‘Id diadakan. Baju koko yang kubeli setahun lalu dan sarung biru pemberian mertua terasa pas kukenakan pagi ini. Sementara istriku memakai setelah hitam dengan jilbab senada. kami tidak berjalan sendiri, ada paman dan keluarganya. Mereka berencana mudik pagi ini dengan sepeda motor.

Tak berapa lama setelah kami tiba di sana, Sholat pun dimulai. Khusuk kami mengikuti rangkaian ibadah Idul Fitri, dari sholat ‘Id hingga khotbah berakhir. kami larut dalam suasana penuh kemenangan setelah sebulan berjuang melawan hawa napsu. Kami siap menjadi manusia baru yang bersih.


Selengkapnya...

Jumat, Mei 22, 2009

Apa Sih Ngidammu, Sayang ?

Oktober 2008

Seperti hal-halnya ibu hamil pada umumnya, ngidam adalah fase yang biasanya dialami pada masa-masa trimester awal. Orang awam bilang itu adalah permintaan atau keinginan si calon anak.Jika tidak dituruti, kelak si anak yang telah lahir akan suka ngiler, begitu kata mereka.

Kali ini sebagai suami yang baru pertama menanti kehamilan sang istri, aku sangat berharap bisa memenuhi permintaan istriku. Aku juga ingin merasakan suka dan duka perjuangan seorang suami untuk memenuhi permintaan itu. Aku berpendapat bahwa ngidam itu adalah wujud sayang dan perhatian suami terhadap istri dan ayah terhadap calon anaknya. Aku juga sering mendengar romantisme rekan-rekanku bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan barang yang diinginkan oleh istrinya. Mulai minta makanan pada tengah malam dan mencari buah-buahan yang tidak ada pada musimnya. Atau terkadang permintaan aneh yang kadang tidak masuk diakal. Meski berat, menurut mereka ada rasa kepuasan tersendiri jika bisa memenuhi keinginan sang istri. Dan itulah yang sangat aku harapkan, sebagai calon ayah akuingin bisa merasakan romantisme itu. Apalagi untuk calon anak kami yang pertama.

Sayang sampai saat ini, aku belum merasakan permintaan yang aneh-aneh dari istriku. Setiap hari aku selalu menunggu, permintaan apa yang diinginkan olehnya. Tapi semua itu tak pernah aku temukan. Hal yang kuingat adalahpermintaan untuk dibelikan keripik singkong khas Sumenep yang dulu sering kami beli. Istriku menginginkan itu pas aku hendak berangkat ke kantor. Beruntung toko yang biasa menjual letaknya tidak terlalu jauh dan memeiliki persediaan yang banyak. Selebihnya aku anggap permintaannya tidak ada yang aneh.

Kadang aku berpikir, kenapa nggak ada permintaan yang aneh yang ingin aku penuhi. Atau mungkin calon anak kami mengerti bahwa ayahnya seorang yang sibuk atau mengerti ayahnya seorang pemalas he.... Tapi aku tetap berharap suatu saat istriku ngidam dan aku akan berjuang untuk bisa memenuhi keinginan itu.


Selengkapnya...

Minggu, April 19, 2009

Renungan di Batas Bingkai Waktu

Sang Penguasa malam telah datang berkuasa dan sudah waktunya bagi para kehidupan siang untuk menuju mimpi-mimpi yang indah dan biarkanlah angan-angan yang ada semenjak tadi untuk melepaskan semua kekesalannya dan biarkanlah bidadari-bidadari mimpi yang datang untuk mengantarkan engkau untuk duduk disinggasana di istana mimpi-mimpi indah yang engkau telah harapkan.

Dewi fajar telah meniupkan sinarnya yang keemasan di ufuk timur sebagai pertanda datangnya pangeran fajar yang akan memudarkan semua mimpi-mimpi indah yang engkau rasakan untuk menyongsong sang penguasa siang yang menatap dengan tajam dan angkuh dan sambutlah dia dengan seraut wajah yang berseri karena dia pula yang akan menerangi jalan kehidupanmu untuk menuju cita-cita yang engkau impikan akan segera terlahir.

Para kehidupan siang telah melakukan tarian-tarian yang indah yang terlahir dalam impian-impian mereka termasuk engkau yang menarikan jari jemari dengan anggunnya yang diiringi senandung hembusan udara semilir dan biarkanlah semua impianmu itu keluar dalam kekangan keinginamu yang terpendam agar dia tidak lagi mengkristal dalam isi kepala yang menjadikan penghias angan angan.

Telah tiba bagi penguasa malam untuk berkuasa lagi dan tibalah juga bagi engkau untuk kembali menata semua kehidupan yang engkau jalani untuk dilakukan bila tiba saatnya, dan biarkanlah bagi engkau memasuki istana mimpi yang telah menantimu dan biarkanlah dia menampakan impian-impiannya baik buruk maupun indah karena kehidupan ada kalanya indah dan kadang buruk tetapi lebih sering keduanya.

Sudah tiba bagi engkau untuk menyambut sang penguasa pagi yang mengintip di balik awan pagi dengan senyum dan keceriaan dikarenakan kehidupan telah berputar lagi dan engkau mulailah untuk menari nari dengan jari jemari mu dalam menuangkan semua yang ada dalam impianmu dan teruslah dia mengalir seperti air sungai yang tanpa rintangan dalam memberi kehidupan.

Kehidupan siangmu telah berakhir dan sudah tibalah bagimu untuk menatap kembali kehidupanmu yang lain dan kegagalan serta keberhasilanmu adalah salah satu jalan menuju kepada suatu keberhasilan biarkanlah dia berjalan seperti angina yang melayang tanpa adanya suatu hambatan hanya engkaulah yang akan menentukan melalui mimpimu sendiri bersama dengan iringan derap langkah burung malam dalam mengarungi samudera mimpimu

Mentari sembunyi di balik awan pagi dan mereka telah membelah langit dengan kepakkan sayap-sayap untuk memudarkan semua mimpi -mimpi sepi dan segera meninggalkan gelap serta hati yang tenggelam dan suara angin pun kini ikut membelah kesunyian menghantarkan jiwamu pergi dan pudarkan mimpi-mimpimu untuk kepakkan sinar dan pagi engkau elukan dalam menyambut dunia bersama angan segera menghilang dalam mewujudkan mimpi-mimpi menjadi kenyataan bukan fatamorgana dalam menatap keceriaan terangnya jalan panjang dunia.

Engkau telah menari dengan jemari untuk mengiringi alunan nada dari suara pikiran jiwamu yang terpendam dan tumbuh bersemi selama engkau bermimpi selama engkau bermimpi dalam dekapan sang malam akan tetapi buah yang engkau dapat belumlah sesuai dengan apa yang engkau impikan tetapi inilah jalan kehidupan nyata untuk engkau selalu menatap ganasnya terik dengan langkah yang kekar.

Apapun yang telah engkau lakukan belumlah cukup untuk menutupi rasa hausmu terkadang engkau telah meneguk segelas tetapi belum juga hilang rasa dahagamu tetapi kemampuanmu sudah tidak mampu menampung lagi karena waktulah yang akan berbicara karena keinginan impianmu tidaklah bertepi seperti langit biru yang tak bertepi.

Mengikuti perjalanan mimpi-mimpimu dalam melangkah untuk menggapai mimpimu mimpimu yang tak bertepi membuatmu lelah dan menyisakan sejuta luka resah seakan mimpimu tak tergapai lelahlah engkau merasa untuk berjalan sejauh langkahmu tak engkau temukan tetapi ada pertemuan jawaban diujung langkahmu dibalik lelahnya langkahmu.

Para kehidupan siang telah berjalan dalam melakukan semua yang ada dalam pikiran-pikiran mereka untuk mewujudkan dalam bentuk kenyataan impian impian itu demikan juga dengan engkau dan biarkanlahMengikuti perjalanan mimpi-mimpimu dalam melangkah untuk menggapai mimpimu mimpimui yang tak bertepi membuatmu lelah dan menyisakan sejuta luka resah seakan mimpimu tak tergapai lelahlah engkau merasa untuk berjalan sejauh langkahmu tak engkau temukan tetapi ada pertemuan jawaban diujung langkahmu dibalik lelahnya langkahmu.

Tees’05

Selengkapnya...